REUTERS/Gleb Garanich/wt
Pendeta Kirill memimpin misa tengah malam di dekat sebuah monumen yang didirikan untuk mengenang anggota pasukan pemadam kebakaran dan petugas kebersihan yang tewas akibat keracunan radiasi yang parah.
"Dunia tidak pernah mengenal bencana di era damai sehebat yang terjadi di Chernobyl," ujar Kirill yang didampingi Perdana Menteri Ukraina Mykola Azarov dan pejabat teras lainnya.
"Sulit membayangkan akibat bencana ini jika bukan karena para pahlawan yang tengah kita kenang dalam doa kita kali ini," imbuhnya dalam doa untuk mengenang para petugas yang dikirimkan ke pembangkit listrik tenaga nuklir di Chernobyl beberapa saat setelah salah satu reaktornya meledak untuk mencegah meluasnya radiasi.
Misa tersebut dimulai pada pukul 01.23 dini hari waktu setempat (03.23 WIB), tepat saat rekator itu meledak pada 26 April 1986 yang memuntahkan awan radioaktif ke mayoritas wilayah Eropa dan membuat ribuan orang diungsikan dari wilayah di Ukraina, Belarusia, dan wilayah barat Rusia.
Ledakan reaktor di Chernobyl itu melepaskan radiasi 400 kali lipat ketimbang bom atom yang dijatuhkan Amerika Serikat di Hiroshima. Ratusan ribu orang sakit dan hutan serta areal sawah yang tadinya hijau menjadi tercemar. WHO dalam sebuah konferensi di Kiev pekan lalu mengatakan dari 600 ribu orang yang terkena radiasi Chernobyl, 4 ribu meninggal akibat kanker.
Beberapa ratus warga Ukraina, mayoritas adalah janda dari pekerja PLTN dan petugas yang dikirim untuk mencegah meluasnya radiasi hadir di misa untuk mengenang kerabat dan pasangan mereka. Sembari berkaca-kaca, mereka menyalakan lilin dan berdiri diam sepanjang misa.
"Kehidupan kami berubah drastis. Chernobyl adalah kota yang indah dan kami memiliki pekerjaan yang sangat bagus. Dalam waktu singkat hal itu hilang. Kini, kami maih harus berduka untuk anak-anak kami dan cucu-cucu kami yang menderita sakit akibat radiasi yang kami alami," ujar Larisa Demchenko, 64 yang kehilangan suaminya dalam bencana tersebut. (MediaIndonesia.com)
0 comments:
Post a Comment