“Menulislah, karena orang lain kan dapatkan ilmu baru saat membacanya, dan untuk itulah buku-buku tercipta.” (AHP, 2010)
Siapakah Kartini ?
Sebuah postingan yang bisa dikatakan basi mungkin menurut para pembaca. Karena nama ‘Raden Ajeng Ayu Kartini’ (Jepara, 21 April 1879) telah didengung-dengungkan serta ramai dibahas sejak puluhan tahun yang lampau. Pelopor Emansipasi Wanita katanya, hingga namanya abadi sebagai pejuang wanita yang paling ternama. Lagu tentangnya dinyanyikan oleh semua orang, mulai dari anak2 hingga orang dewasa (lebih karena not nya yang gampang diingat sih sebenernya ^^ : Do Re Mi Fa Sol Mi Do … La Do Si La Sol).
Perempuan keturunan Jawa ini tumbuh di keluarga priyayi yang makmur dan berpendidikan tinggi. Ibu kandungnya memang bukanlah seorang bangsawan seperti ayahnya, namun pemikiran Kartini bila dibandingkan dengan saudara2nya bisa dibilang … SPESIAL. Di saat ia mampu hidup tenang dengan kemewahan yang ia miliki, Kartini malah lebih senang memikirkan kondisi perempuan2 pribumi lain, yang hidup dalam penindasan, dan ketidakadilan, bahkan sejak ia masih berada dalam pingitan sebelum dinikahi K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat. Akhirnya ia pun menggugat tradisi Jawa yang kolot dan (menurutnya) tidak adil kepada para wanita.
Apa yang dilakukannya di saat sulit itu ? Yapp … MENULIS. Ia tuliskan segala curahan hatinya kepada sahabat-sahabatnya. Ia membagi isi pikirannya yang menakjubkan kepada sesama, dengan harapan yang ia sampaikan lewat untai demi untai lembaran kertas nan memukau. Dari situlah kita bisa mendapatkan sebuah karya fenomenal : “Habis Gelap Terbitlah Terang.” Di situ ia mendobrak benteng budaya yang demikian kuat, di mana wanita hanya dipandang sebelah mata, dan tak mendapatkan hak yang setara dengan kami, para pria.
Kini kegelapan itu telah lenyap, termakan cerahnya mentari bagi para wanita, ibunda umat manusia. Kini telah tiba saatnya para wanita membuka hati, membuka pikiran, berusaha bergerak, demi dunia yang lebih baik, untuk mereka, untuk seantero Dunia.
Tapi ingatlah wahai para wanita, jangan biarkan cerahnya sang surya itu menjadi terlalu terik, hingga membakar diri kalian sendiri. Jangan sampai kebebasan yang dulu kalian perjuangkan kembali menyentuh titik nadir, hingga akhirnya jatuh, terluka, dan lenyap tak berbekas.
Ingatlah diri kalian sebagai seorang Istri, sebagai seorang Ibu, sebagai seorang wanita.
Dan ingatlah bagaimana kalian mendapatkan semuanya, lewat seorang penulis hebat yang wafat di usia 25 tahun.
0 comments:
Post a Comment